Saturday, September 10, 2011

My Story on Obsgyn Stage (Review)

Bismillahirrahmanirrahim...

Cerita-cerita lucu, aneh, dll aku rangkumin dari blog-ku yang sebelah yaaa... klik aja kalo mau liat, semua :D

JUST KLIK HERE--
berhubung mau diapus sumber link-nya, aku tumpuk sini dulu ya

happy Sunday!
Smoga sehat selalu ^^

Jun 17, '11 5:03 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim...

Ini satu minggu pertama di bagin Obsgin, atau Kandungan dan Kebidanan. Bagian besar yang katanya cukup berat, dengan berbagai tekanannya. Hal itu sempat bikin stres berat di hari pertama, tapi hati memutuskan untuk berusaha menikmatinya di hari kedua, dengan prinsip : namanya juga belajar, dimarahi ya biasa saja.. kayak nggak pernah aja..

Niatnya juga cuma buka MP di akhir minggu, tapi belum bisa.. hehe.. Begitu ada waktu nganggur, pengennya buka ini. Tapi kalau lagi kebagian minggu VK, pastinya nggak bisa buka.. Kalaupun ada waktu di rumah, mending buat tepar.

Jadi stase ini terbagi jadi 3. Poli, Bangsal dan Instalasi Bedah Sentral, dan Kamar bersalin atau VK. Semua punya 'keunikan' dan 'tantangan' masing-masing. Tapi aku percaya, 3 bulan nggak akan berasa lama, dan akan segera selesai begitu saja sampai merasa nggak cukup waktu. Kayak waktu selesai stase Interna kemarin.. berasa belum punya banyak pengalaman. *Menguatkan diri-sendiri*

Minggu ini sedang berada di Poli. Yang mana itu berarti, minggu 12 atau minggu terakhir sebelum ujian kami akan berada di kamar bersalin.. Itu lebaran! Maka aku akan absen dari acara lebaran. Karena selama libur lebaran itu, aku akan jaga sekitar 12 jam-an. Itulah yang biasanya bikin 'rontok' di stase ini. Jam 7 pagi sampai jam 2 siang adalah jam kerja. Lanjut jaga sampai jam 10 malam. Ganti jaga jam 10 malam sampai jam 7 pagi, lanjut jam kerja. Jadi 1 orang, di hari normal, rata-rata bisa kerja selama kurleb 15 jam. Maka nggak heran, mata-mata penjaga kamar bersalin itu akan seperti panda.

Di minggu pertama saja, kami *bahkan laskar Poli* sudah terserang flu.. Cuaca peralihan memang selalu begini. Cuaca peralihan ini aroma memori saat masuk kedokteran pertama kali. Waktu OpsPek yang begitu membuat stres dan BB turun banyak. Doa-doa kami biasanya memohon untuk diberi kesehatan, karena tanpanya, bekerja pun rasanya susah.
 
Jun 29, '11 7:24 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim..

Mungkin ada yang belum ngeh soal kenapa aku begitu terharu mendengar bapak2 beradzan untuk bayinya. Di luar ada yang menyebutkan adzan untuk bayi baru lahir adalah hadits dhaif *mungkin nanti bisa ada yang share* aku mau cerita betapa hal itu masih selalu membuat hatiku bergetar2.

Sekarang kan lagi kebagian tugas di kamar bersalin, seminggu ini. Berangkat jam 6, pulang jam 9. Kalau hari libur begini, berangkat jam 6, pulang jam 6, alhamdulillah. Jadi, pengawasan mulai dari ibu kenceng-kenceng sampai ibu melahirkan biasanya aku ngeliat terus, perkembangannya. Dari ibu yang tenang-tenang, sampai yang heboh. Melihat mereka yang kesakitan, terutama yang diinduksi.. bukan main. Mau ke kanan sakit, ke kiri sakit, terlentang apalagi. Pengen duduk, ke belakang, bukan main deeh...

Jadi paham betul, bagaimana bahagianya dan keluarganya kalau si bayi lahir. Nah, begitu lahir, ibu dibersihkan, bayi dibersihkan dan segala protap yang ada selesai, biasanya sang ayah akan datang ke ruangan tempat bayi itu ada, mengadzani. Aku, yang kadang sedang di ruang itu juga, terharu rasanya mendengar kebahagiaan tersalurkan di suaranya. Apalagi kalau anak pertama.. sementara anak sebelumnya sempat meninggal atau keguguran... 

Subhanallah, betapa menakjubkannya kita ada di sini sekarang.
 
Jun 30, '11 11:01 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim..

Yap, it's my first time become a baby catcher. Wadisit? Dia bertugas untuk 'menangkap' bayi dari lemparan dokter Sp.OG yang baru 'melahirkan' bayi dari perut sang ibu.

Dengan berkalungkan kain steril, aku berdiri siap di belakang dokter Sp.OG dengan tangan seperti sedang berdoa... membuat cekungan dari kain itu. Begitu dokter mulai menyayat rahim, aku sudah harus bersiap, dalam hitungan detik bayi akan keluar, potong tali pusat, dan 'dilempar' ke arahku. Waduh, padahal menurut cerita, dokter yang ini ngelemparnya suka bikin koas jantungan. 

Untungnya tidak. hehe.... Semua orang bilang, "Hati-hati!" Yaa cheeef eh.. yaaayaya.. Haaap!!! Si bayi langsung jatuh di pelukanku. Koass anestesi membukakan pintu kamar operasi IGD untukku, aku berlari membawa si bayi merah itu ke ruang VK IGD untuk dibersihkan, dihangatkan, ditimbang, diukur2, dibedong, dll. Aku menunggu hasil timbangan, ukurannya, APGAR score, dll... Yap! Setelah itu tinggal dilaporkan ke dokternya, dan menulis laporan operasi :D 
 
Jul 3, '11 9:36 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim...

Siang itu aku jadwal jaga, tadinya mau pulang dulu karena ada yang gantiin nunggu di VK *kamar bersalin* IGD. Tapi karena males, aku yang udah siap pulang naik motor, balik arah. Jam itu kebetulan sedang ada operasi SC (Sesar). Pasien ibu dengan pre eklampsi berat, atau tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Bisa menyebabkan IUFD, atau kematian janin, dan ibu itu mengalaminya.

Usianya sama denganku. Hamil kembar. Maka siang itu diadakan operasi cito *darurat* untuk mengambil janin dalam kandungan segera. Aku sampai tepat ketika 2 bayi mungil itu ada di box. Sedang dibersihkan, tadinya dari jauh kupikir mereka masih hidup, ternyata sudah tidak lagi. Kalau dilihat, bayi I *alias bayi yang pertama kali diangkat dari rahim* sudah tampak seperti bayi biasa, hanya pucat. Cantik, manis. Beda dengan bayi II, yang sudah mengalami maserasi. Silahkan cari artinya sendiri kalau ingin tahu seperti apa penampakannya.

Aku membantu memandikan *tepatnya mengelap*, mengikat tali pusat, mengikat kepala, tangan, kaki, dengan kassa. Lalu membungkusnya dengan kain bersih. Semua keluarga pasien menangis pilu... kehilangan 2 bayi sekaligus di usianya yang sudah cukup untuk lahir. Yang sudah lama 'dikenal' selama 9 bulan di perut ibu. Sampai aku berpikir, mungkin keguguran memiliki kadar kesedihan yang lebih rendah daripada IUFD.

Lalu eyang si bayi menggendong mereka, membawanya pulang untuk dikebumikan. Sementara sang ibu masih dirawat di ICU.

Sejujurnya aku lebih suka memandikan bayi yang aktif walaupun kesulitan memandikan, dari pada memandikan bayi lunglai tanpa nyawa.
 
Jul 3, '11 10:21 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim

VK *Verloskamer = Kamar bersalin

Seminggu di VK, menyenangkan, meski kadang kaki pegel banget. Pengen banyak cerita tentang seminggu ini, tapi mungkin seingetku aja. Kalo kebanyakan juga nanti pada males bacanya. 

Jam kerjaku dari jam 6 pagi, lanjut jaga siang sampai jam 9 malam. Kecuali hari libur, dari jam 6 pagi - jam 6 sore. Berangkat masih dingin, pulang sudah dingin lagi. Berasa jadi karyawan :D 

Ada 2 tempat kerja, VK depan - IGD, dan VK belakang - kamar bersalin. Setelah menerima rujukan dari luar, dianamnesis, infus, periksa fisik dan dalam, lalu dikirim ke ruangan. Waktu-waktu yang biasanya banjir kiriman adalah maghrib. 

Pengalaman jadi baby catcher.
Dicurhatin pasien, "Uh,  kalo tau ngelairin sakit kayak gini, aku nggak mau ngelakuin, nyesel!"
Didatangi ibu beranak 1, mengeluhkan anak perempuannya yang masih TK kalo pipis sakit.. katanya habis digauli bapak mertuanya *bapaknya bapak tiri si anak itu* miris abis
Bayi sesak napas, kejang, suhu 42 derajat, padahal manis banget bibirnya..
Mandiin jenazah bayi baru lahir.
Bayi lahir meninggal karena tali pusat lahir duluan.
4 orang melahirkan dalam waktu serentak, saat petugas medis hanya sedikit.
Ketemu kakak kelas waktu SMP yang mau ngelahirin.
Ada bayi atresia ani, alias tanpa anus.
.
.
.
.
.
kok banyak yaaaa?

Yang jelas, meski capek, tetep menyenangkan... Meski diremes2 ibu melahirkan, tetep asik.. Kalau kaki bisa diganti, enak kali yaa.. ;p
 
Jul 6, '11 3:20 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim...

Si ibu mengeluh, merintih, perutnya kenceng2, mules, terlentang nggak enak, miring sama aja... Pinggang sakit bukan main.

Untuk yang di umur kehamilan cukup bulan, masih tenang-tenang aja, alias belum ada pembukaan berarti, biasanya disarankan induksi alias dikasih obat untuk memacu pembukaan. Biasanya, yang di infusnya dikasi obat inilah, yang mulesnya lebih sering dan lebih sakit.

"Ibuuu.. jangan ngejaan, nanti bawahnya bengkak.. tarik nafas panjang buuu... miring ke kiri."

Mengejan sebelum waktunya memang bisa menyebabkan pintu jalan lahir bengkak, makanya cara paling aman ya tarik nafas panjang dan lepas lewat mulut. Miring ke kiri juga biar asupan oksigen ke bayi lebih lancar.

Setiap 30 menit, kami para koass harus meriksa DJJ *Denyut Jantung Janin* pada para ibu yang pembukaannya sudah > 4 cm. Nggak mudah, selain sudah makin sering mules, nyarinya juga butuh waktu, apalagi kalau si ibu sudah mulai ngomel.

"Ibu... saya periksa dulu yaa..."
"Ugghhh.. bentar mbaakk.. lagi kenceeennnnnggg," kata si ibu sambil ngejan.
"Jangan ngejan bu, tarik nafas.."
"Uuughh, hhuuuehh.. sakiittt suusss *sering dipanggil suster*" sambil ngeremes lengan si pemeriksa, a.k.a aku. 

"Buu.. ditensi dulu yaa."
"Tadi kan udaah."
"Iya bu, sekarang lagi."

"Suusss,  pengen bera*."
"Iya bu, itu tandanya sebentar lagi, jangan ngejan dulu ya."
"Tapi pengeeennn."
"Buang aja di situ buu.."
"Mau di WC!"
"Nanti bayinya keluar di WC, di sini aja ya buu."

"Suss, ini lah udah nggak kuat laahh, sakiitttt, sesar ajaaa! Sedot aja suss! sedooot!"
"Lhoooo... kan bisa keluar sendiri, ngapain disedot? Nanti kasian bayinya kalo disedot. Lagian kepalanya belum turun masa mau disedot, ini bentar lagi kokk buu.. tarik nafas panjang ya buu."

Bau ketuban, udah biasa. Ketuban dicampur hasil pencernaan manusia juga udah biasa. Apalagi kalau harus ngitung DJJ yang artinya harus nempelin kuping di dekat perut ibu dengan alat, yang berarti kontak dengan si ibu lebih dekat.

Kalau lagi meriksa DJJ, pinggang si ibu lagi sakit, perut lagi kenceng.. tunda dulu, usap2 pinggang si ibu. Tau betul, mereka lagi sakit-sakitnya, dan kami juga butuh memantau denyut si janin, karena kalau ada kelainan, harus segera dilakukan sesuatu.

"Sus, maaf ya, tadi." Kata si ibu yang dari tadi minta disedot bayinya.
"Ya, nggak papa Bu, santai aja.. " kataku sambil meriksa ibu di sebelahnya yang baru melahirkan bayi yang sudah meninggal karena tali pusat lahir duluan.
 
Jul 6, '11 8:54 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim..

Ia datang dengan ibunya. Baru lahir. Ibunya perdarahan karena ternyata plasentanya masih tersisa di dalam rahim.

Dia susah bernafas. Suhu tubuhnya lebih dari 40 derajat celcius. Kejang. Kasian ya, pengen nangis tapi ga bisa, cuma ngerintih aja dia.. 
 
 
 
Jul 6, '11 9:27 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim

Sebelum ini masih bisa, kemana-mana berdua. Jaga berdua. Beli makan berdua. Jalan berdua. Shalat berdua.

Tapi sejak masuk obsgin, sendiri sudah biasa. Makan harus gantian, jadi, meski sendirian ke kantin yang penting bisa makan.

Kalau lagi jaga Kamar Bersalin, hal terpenting adalah air minum. Habis melahirkan, nggak cuma si ibu melahirkan yang haus, yang nolongin juga aus ga ketulungan. Air bening paling mantap. Kadang kalo lagi kepanasan, pengennya minum yang dingin-dingin.



Dan, aku baru nyadar, di stase ini aku jadi kurang menikmati perjalanan. Biasanya kalau stase sebelumnya, tiap pulang aku bisa sambil menikmati gunung Slamet yang terbentang di depanku dengan gagah. Tapi di stase ini, kadang selirik aja liatya, nggak sampe senyum-senyum kagum. Waah... jangan sampe aku kehilangan kenikmatan menikmati keindahan alam. Tapi mungkin juga itu karena Purwokerto makin rameeee!

 
Jul 11, '11 5:37 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim..

Hari ini aku ada di bangsal. Bangsal di mana banyak orang bermasalah dengan kandungannya.

Pagi ini aku ikut kuret. Bukan, bukan aku yang dikuret, tapi aku ikut mengasisteni kuret. Ada 3 orang perempuan yang dikuret pagi ini, dan 1 orang biopsi. Salah satu dari orang yang dikuret baru berumur 17 tahun. Dan dia membuat si bayi itu dengan guru olahraganya. Ah, tak taulah aku bagaimana jalan ceritanya dan penyebabnya. Yang jelas aku tau dia meminum obat untuk menggugurkan kandungannya, dan benar saja, gugur. Hingga hasil konsepsi berupa calon janin berusia 16 minggu itu berjatuhan di tanganku yang sedang memegang spekulum.

Lalu aku dengan pasienku. Nona. 18 tahun. Hamil anggur. Sudah di suction curretage hari sabtu. Aku tanya padanya, sudah berapa lama menikah? Jujur saja, aku kagum dengan wajahnya yang begitu cantik, lembut, bibirnya juga merah muda, manis. Baru mau, katanya, menjawab pertanyaanku. Oo, kapan? tanyaku lagi, tanpa mimik heran. Besok, mau daftar kuliah dulu. Oo, mau daftar di mana? tanyaku antusias. Di Fakultas Hukum, katanya. Bagus sekali! ujarku.

Saat dokter visite kepadanya. Buu! Jangan hamil selama 2 tahun! Bahaya! Ya! Si nona mengangguk-angguk saja. Di luar, suster berkata, masih nona dok! Huh, ya, salah siapa main-main... katanya.

Lalu dengan pasien-pasien yang sudah stadium akhir. Kanker ovarium. Kanker serviks. Rata-rata memang datang dengan kondisi sudah cukup parah. Mestinya hanya bisa diperbaiki keadaannya dengan kemoterapi, tapi kemoterapi pun butuh kondisi tubuh yang baik, jadi.. bagaimana? Banyak berdoa ya Pak! Kita berusaha yang terbaik, tapi kita nggak bisa berspekulasi. 

Dan mata merah keluarga pasien pun akan jadi hal yang biasa.
 
Jul 13, '11 4:40 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim..

Pagi tadi berangkatnya kesiangan. Rencana, hari ini nggak turun ke IBS *Instalasi Bedah Sentral* karena ada senior yang mau turun. Eh ternyata ada ujian mendadak, alhasil aku harus turun dar kahyangan eh bangsal.

Secepat kilat aku follow up pasien yang akan dioperasi. Alhamdulillah cuma 2 orang, laparotomi explorasi. Yay.

Gantian ama temenku, aku jadi asisten operasi pasien kedua. Pasien dengan kista ovarium dengan HbSAg (+) intinya ada kemungkinan pasien kena penyakit Hepatitis B. Aku yang kadar titer hepatitis B dalam tubuh enggak seberapa ini, ikut main, bahaya juga :D Tapi lillahi ta'ala smoga Allah melindungi.

Aku baru nyadar operator dan asisten operasi I dan II pake handscoen alias sarung tangan dobel pas udah mulai menyayat lapisan perut. Haa. ha. Aku cuma selembar sarung tangan ukuran 7. Semoga aku nggak banyak terpapar darah pasien, aamiin. Semoga sarung tanganku nggak bolong, aamiin. Semua disediain gogle, aku engga. Yasudah, kacamata adalah pelindung mataku tadi. Alhamdulillah nggak ada darah yang muncrat.

Setelah kista terangkat.. Bayangkan ovarium alias indung telur itu terisi air, seperti balon. Disedot sedikit cairannya, lalu diangkat. Et voila! Sudah selesai. Legaa.. hehe... 
 
Jul 20, '11 5:43 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim...

Akhirnya dapet juga VK mandiri. Itu berarti, jaga tanpa ada koass senior atau junior. 6 orang dibagi jadi 2, VK IGD dan VK belakang. Supaya cukup, di-shift jadi 2-2, 2 sisanya dapat istirahat 8 jam. Meski begitu, bisa saja ada yang dapat giliran jaga 24 jam atau 36 jam, lanjut terus sampe rontok.

Meskipun baru selesai menjalani jaga 24 jam, sebelum2nya gejala badan tidak fit sudah terasa. Emang yang paling ngerti badan tu kita sendiri. Hari senin, dapat jaga VK IGD, jadi kalau ada operasi cito alias segera, dilakuin di OK *kamar operasi* IGD. Hari itu ada cesar, aku jadi ass-op. Nggak lama, sampai tinggal jahit menjahit, gejala-gejala mau pingsan kambuh. Argh! Mau kupaksakan, nanti kalau pingsan beneran bisa ngerepotin orang-orang *iyalah!* Padahal waktu itu aku jadi ass-op 2, dan kalau aku nyerah, tinggal sisa operator sama ass-op 1. Tapi aku tak kuaatt...

"Pak! Saya nyerah ya! Mau pingsan!"
"Heh? Kenapa? Kenapa? kata pak ass-op.
"Udah keliyengan pak." *Mulai gaduh gelisah*
"Iya, iya gapapa dek!" residen obsgyn mengizinkan. 
Aku mundur, jongkok.
"Kenapa to dek? Semalem abis berapa ronde?" ??
Baju op ditanggalkan, aku mundur teratur. Ga enak banget sama operator dan ass op, tapi apa daya??

Katanya, aku yang pertama kali mundur dari kamar operasi. Hew.. maafkaaan.. Untung baek-baek semua orang-orangnya.

Setelah itu, 2 kali op aku jadi baby catcher, nggak sanggup rasanya kalo jadi ass op. Tadi pagi juga, cuma nolong partus aja, bisa-bisanya udah muncul kunang-kunang. Ck, payahnya aku ini.. dan 1 minggu belum berlalu :D Bismillah. Smoga diberi kekuatan sampai akhir.

Kenapa judulnya itu ya? Hehe. Ya, Telah tiba masaku untuk ngedrop.
 
Jul 28, '11 7:55 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim

Dulu, jauh sebelum masuk ke stase Obsgin, temanku SMP yang sudah menikah dan punya anak berkata, "Ah, sekarang tuh kalo melahirkan pasti digunting koh!"

Pada kenyataannya, ya memang, tapi...

Episiotomi atau pengguntingan daerah perineum *antara kelamin wanita dan anus* dikatakan: rutin. Tapi, bukan harus selalu dilakukan. Biasanya, pada ibu yang baru pernah melahirkan, hampir pasti digunting bagian itu. Kenapa? Ya karena kalau tidak, bisa terjadi laserasi, yaitu saat bayi terutama kepala bayi lahir, ia akan menyobek bagian itu dan jadi tak beraturan. Beda kalau di-epis, robekannya teratur sehingga mudah dijahit dan kembali jadi cantik.

Untuk ibu yang sudah berulang kali melahirkan, tergantung ukuran bayi juga, tapi seringnya bisa mulus tanpa ada robekan.

Hampir semua ibu atau calon ibu menolak digunting/epis. Epis dilakukan ketika ibu kontraksi dan mengejan, kepala bayi sudah menyembul, tapi masih belum bisa keluar karena sempitnya jalan keluar dan perineum menegang, kaku. Saat sang ibu tahu sudah digunting dan akan dijahit, beberapa ketakutan dan menolak, tapi kan harus. Hehe. Lagipula dikasih pengurang rasa sakit, meski untuk jahit luar memang masih terasa sedikit. Tapi ada pula ibu yang begitu tenang saat dijahit. Caranya adalah, tarik nafas panjang, rileks, letakkan pantat di alas tanpa diangkat. Itu saja.

Suatu kali seorang bidan melahirkan. Ia berpesan untuk tidak di-epis. Kepada sesama teman sejawat, tentu saja bidan muda menuruti. Hasilnya? Laserasi. Robekannya sungguh tidak beraturan. Lalu bidan senior berkata, "Kalau aku, meski dia nggak mau, kulakukan saja. Hasilnya kan begini jadinya, jelek."

Ya, sesuai pilihan masing-masing sih. Kadang juga ada yang nggak perlu di epis, untuk kelahiran pertama. Tapi menurutku, seberapapun sakitnya jahitan itu tak sebanding dengan pengorbanan yang sudah dilakukan supaya sang bayi lahir. Itu masih kelanjutan cerita, kelanjutan perjuangan. Hidup para ibu!
 
Aug 23, '11 8:59 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim...

Suatu siang, di poli kandungan kebidanan, aku yang saat itu lagi ambil kasus ujian, meminta seorang ibu untuk kuperiksa lagi. Hari itu kamis, tapi kenapa ruang tunggu terasa sesak?

Sang ibu berwajah setengah letih, menjawab pertanyaanku dengan lebih banyak kata: lupa.

"Sudah pernah di-USG Bu?"
"Sudah."
"Katanya gimana?"
"Kepalanya belum mapan *ada di tempatnya*" 

Aku pikir, kata mapan itu berarti belum masuk ke Pintu Atas Panggul, alias kepala masih bisa digoyang, seperti yang ibu-ibu lain bilang. Lagipula karena diburu waktu, takut si ibu dipanggil masuk, aku langsung minta pemeriksaan fisik Leopold untuk melihat posisi janin tanpa melihat USG, kupikir, toh di dalam di USG lagi, nanti kuikuti si ibu.

Lho, kenapa Leopold I keras? L1 itu di mana kita menilai bagian fundus uterus, atau sekitar ulu hati, untuk melihat bagian atas perut ibu. Seharusnya teraba bulat lunak, karena normalnya, bokong yang ada di sana. Sampai ke L3, di mana kita memeriksa bagian terbawah ibu, untuk mengetahui bagian janin yang mana yang berada di dekat jalan lahir, malah teraba bulat lunak.

"Ibu, katanya kepalanya sudah di bawah?" tanyaku.

"Belum, masih di atas."

"Oh... ya, memang masih di atas." Kepalanya teraba cukup besar.

Tepat setelah kuperiksa, si ibu dipanggil keluarganya, sudah akan dipanggil masuk, antriannya. Akhirnya aku mengikuti.

DSOG melihat materi USG yang ternyata baru diambil beberapa hari yang lalu. Lengkap. RS swasta.

"Ibu tahu kenapa dirujuk ke sini?"

"Iya, katanya kepala bayinya besar." Aku lupa konten kalimatnya, intinya keluarga diminta ke RS provinsi ini untuk terminasi kehamilan. Segera diangkat. Sesar.

"Bu, umur bayinya baru 35 minggu, jadi nunggu cukup usianya dulu. Minggu depan ke sini lagi, kontrol."

Keluarga agak keberatan, rumah mereka jauh, tapi akhirnya menurut lalu keluar ke administrasi, lalu dijelaskan lagi dengan lebih rinci. Ternyata, orang-orang yang duduk di tempat tunggu itu keluarga si ibu ini. Banyak. Mungkin 5-6 orang. Mungkin mereka semua khawatir, karena bayi yang akan dilahirkan ini, besar-kepala, alias hidrocefalus kongenital. Rata-rata bayi seperti ini memang susah berputar, kepalanya biasanya susah turun ke panggul, alias sungsang, presentasi bokong. Kasus seperti ini jarang, sekitar 1 per 1000 kehamilan. Untuk kasus seperti ini, konseling keluarga diharapkan dapat mengurangi kecemasan dan rasa bersalah keluarga. 
 
Sep 6, '11 11:14 PM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim...

Sabtu kemarin, saat jaga kamar bersalin, aku 'jalan-jalan' ke bangsal bedah karena ada pasien konsulan obsgin. Masih muda, kupikir nona, ternyata nyonya. Datang dengan nyeri perut, Tekanan Darah menuju syok. Riwayat percobaan pengguguran kandungan.

Seperti awamnya makhluk-makhluk wanita muda yang mencoba menggugurkan kandungan, aku rupanya tak sengaja bersuudzon, astagfirullah. Tapi setelah kutelusuri riwayat menikahnya, lebih lama dari usia kehamilannya. Kenapa digugurkan? Orangtua yang menyuruh, katanya. Atas dasar apa? Tidak kutanyakan lebih lanjut.

Dengan apa? Nanas dan sprite. Lalu obat-obatan, yang kuperkirakan obat untuk melancarkan haid, tapi entahlah. Terang saja nyeri perut sangat. Aku tidak bisa menduga, bagaimana pola pikir orangtuanya. Tapi bayinya masih baik keadaannya, aku lupa berapa bulan, tapi semoga percobaan menggugurkan kandungan itu tidak berpengaruh.
 
Sep 11, '11 9:14 AM
for everyone
Bismillahirrahmanirrahim...

Kemaren minggu ujian, sudah bebas tugas. Aku masuk ke ruang koass, lalu juniornya bercerita.

"Ada yang aneh!" katanya, mengawali cerita.
"Apa? Aku cantik?" *kalimat terakhir sebenernya ga aku bilang sih... :P
"Ada anak lahir ga punya bapak!"
"Hehh? Sering kan?"
"Bukaan, si ibu bilang dia nggak pernah ber'campur'!" Campur, pake kata favorit mamah Dedeh.
"Hahhhh?"
"Iya, dia bilang, dia cuma mimpi 3 kali di'campur'in, trus hamil!" matanya membelalak, lucu.
"Bohong kali dia, atau mungkin dibius. Aneeh."
"Ga tau tuh, katanya juga udah putus ama pacarnya, ga pernah ketemu lagi, paling telpon2an."

Au aaah.... Emangnya Maryam? Bisa hamil tanpa bapak?
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

2 comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...