Wednesday, October 16, 2013

Psychiatrist

Bismillahirrahmanirrahim

Dulu waktu SMP kalau nggak salah pernah menulis pengen jadi apa. Fotografer dan psikolog. Sempat juga pengen jadi penulis. Tapi pada intinya, sesuatu yang kusukai masih sama.

Suatu kali di Perpustakaan RS, di sebelah ruang dokter anak, penjaganya berkata, "Mbak ini kayaknya cocoknya jadi dokter anak atau dokter jiwa."
"Wah, kok ngerti Pak. Memang pengennya itu."

Sebenernya aku memang pengen jadi dokter anak, suka anak-anak, waktu stase anak juga suka dan kebetulan nilainya lumayan. Tapi paham potensi diri dan kemampuan otak, pengennya suami aja yang jadi dokter anak, haha.. tapi kan itu kalo dapet suami dokter dan mau jadi dokter anak, kalo enggak ya enggak. Masalah dokter jiwa, atau Sp.KJ ini memang karena kesukaanku ngulik-ulik isi hati orang kali. Kalau nemu pasien psikosomatis hawanya penasaran juga. Kalau liat orang sukanya nebak-nebak.

Nggak banyak yang akan setuju kalau kamu bilang pengen jadi psikiater. Bisa dibilang itu lahan kering ya? Bener nggak istilahnya? Nggak banyak menghasilkan uang. Meski emang sampai sekarang tujuanku bukan materi semata. Aku pengen cari PPDS yang nggak ngoyo, sebagai seorang yang nantinya pengen jadi ibu yang baik.

Meski begitu, keinginanku yang pengen kayak Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, SP.KJ yang punya Madani Foundation. Sebelum tahu beliau dan foundationnya itu, keinginanku persis juga begitu. Karena banyak nemuin pasien dengan kualitas hidup buruk padahal sebenarnya itu cuma masalah hati saja. Well, jadi apapun nantinya aku semoga bisa bermanfaat. Syukur-syukur keinginanku yang punya klinik kesehatan jiwa dan membuka mata orang kalau seseorang dengan kondisi jiwa labil tidak sama dengan orang gila.

Sunday, October 13, 2013

ACLS

Bismillahirrahmanirrahim

Hari jumat-ahad kemarin aku ikut pelatihan ACLS ini. Kebetulan lagi nggak ada jadwal jaga. Biayanya 3 juta dan diadakan di kota sendiri, alhamdulillah. Dan aku nggak menyangka kalau 3 hari itu cukup berat.

Hari pertama dimulai dengan kuliah-kuliah BCLS, pretes postes, dan pelatihan RJP. Lumayan juga pegelnya karena kompresi boneka, ya mungkin mirip push up, hehe. Dapet sungkup portabel merk ambu, asik banget deh. Agak meringankan karena coffee break 2 kali dan makan cukup, hoho. Hari pertama selesai jam 7 lebih. Peeeegaaaall sampai ke gluteus. Sampe berusaha mengingat-ingat pernah secapek ini atau enggak sebelumnya.



Kebetulan belum baca modul ACLS. Niat baca itu terkalahkan oleh kantuk yang begitu berat dan pegal di badan. Sudah minum kopi 2 gelas tetap tidak berefek. Pingsan di kasur. Paginya mulai kuliah lagi, kali ini materi ACLS, lebih ribet dan berat. Belajar megacode, dengan kasus-kasus yang mungkin akan kita jumpai baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Kalo udah gini, ngeliat di luar negeri keren-keren banget deh. Orang awam di sana sudah lebih mengerti bahwa kompresi itu penting untuk pasien henti jantung. Apalagi didukung 911 dan petugas ambulans serta ER yang handal. Hari ini sampai magrib saja.

Pegelnya sama, ngantuk nggak separah hari pertama. Tapi harus belajar buat postes ACLS dan ujian esokkkk. Tiiiddaakkk. Selesai bersih-bersih, makan, tidur sebentar lanjut belajar sampai nggak kuat lagi dan kembali terkapar. Paginya niat belajar pun disambi ngantuk juga. Bebersih diri, makan lalu berangkat ke Aula RS tujuan.

Pagi diawali postes, hiks susah. Lanjut ujian praktek megacode. Lillahi ta'ala. Setelah berkali-kali melewati ujian praktek, yang harus kuingat adalah jangan panik. Aku berusaha tenang dan tidak terbawa kepanikan. Apalagi di ujian ACLS memang disengaja untuk membuat panik peserta dengan membentak dan memburu saat ujian. Simpel, karena pada saat terjadi kejadian henti jantung tentu kita diharapkan tidak panik. Alhamdulillah tengah hari sudah selesai.

Dan asal tahu saja, semalam setelah itu selalu terngiang hitungan kompresi 1-30 dan teriakan kompresi! Lanjut kompresi! Stop kompresi!

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...