Saturday, October 15, 2011

1 week on anestesi

Bismillahirrahmanirrahim...

Nggak kerasa sudah 1 minggu. Jadi rute kami adalah ada jadwal IBS (Instalasi Bedah Sentral) dan ada Jaga. Masing-masing punya tugas sendiri. Jadi kalau lagi nggak kebagian jaga ya nongkrong di IBS, di mana IBS itu punya jam kerja 5 hari seminggu.

Jaga IBS adalah, kamu harus follow up pasien 1 hari sebelum besoknya dioperasi, laporkan ke konsulen dan residen, koreksi yang butuh dikoreksi. Jawab konsulan itu, dan besoknya kamu harus 'main' di operasi pasien yang bersangkutan. Lumayan sih asyiknya. Sejauh ini baru ikut 2 operasi bedah umum dan 1 operasi bedah urologi.

Jaga, adalah jaga CITO. Ada 1 telepon wireless yang akan nangkring di ruang koass, yang bakal berdering kalau ada konsulan cito dari berbagai bangsal di seluruh pelosok Rumah Sakit. Yang nantinya harus kita follow up pasiennya, laporkan ke konsulen dan residen, lalu kita 'main'kan di OK (Kamar Operasi) IGD.

Setelah jawaban konsulan di ACC, ASA berapanya, kita hubungi OK untuk siapkan ruang, alat, dan para penata (anestesi maupun bedah) terus ambil paket anestesi di farmasi, ganti baju steril, dan siapkan obat dan pasien.

Jaga pertama itu sesuatu banget. Baru, dan terus-menerus. Hampir nggak bisa tidur, meski kadang curi-curi kesempatan buat ngeliyep. Alhasil besoknya usai jaga, jadi putri tidur mendadak.

Selesai jaga, buat laporan jaga buat Morning Report, begitu juga untuk yang akan masuk IBS, laporan juga.

::ANESTesi::

Monday, October 10, 2011

Anestesi, Day I

Bismillahirrahmanirrahim...

Follow up pasien ternyata makan waktu, padahal cuma 1 orang, heheeh.

:anestesi:

Saturday, October 8, 2011

Visum Jam 3 Pagi

Bismillahirrahmanirrahim...

Kamar jaga koass di IGD penuh! Aku dan temenku jaga ngesot2 ke bedah minor, trus pindah ke IGD dalam. Tidur sambil duduk di dekat telpon. 1 jam berlalu, KRRRIIIINGGGG. Hahhh! Langsung kudekatkan horn ke telinga.

"IGD Margono."
"Perawatnya ya?"
"Bukan, koassnya."
"Koass forensik ada?" DEGG
"Ya saya Pak."
"Ada mayat kiriman polisi, mau divisum dokter ga?"

Berhubung belum pernah dapet kasus yang datang sudah plus, aku ngehubungin chief, tapi gagaal. Akhirnya penjaga IPJ nelpon lagi, aku bilang aku ke belakang.

Pagi buta emang dingin banget. Kami mutusin naik motor ke belakang. Ternyata di bedah minor ada pasien juga, kejadiannya barengan, cuma yang satu meninggal.

Seperti biasa, kami ke IPJ, foto-foto dokumentasi untuk kepentingan visum. Selesai. Bau anyir darah menyengat. Masih muda. Besoknya temen-temennya datang, ternyata masih SMA. Pagi buta, anak SMA dari kota sebelah ditemukan kecelakaan tunggal di daerah 'atas', apa yang terjadi? Bukan urusanku *smiles*

And it's the last case on my forensic stage. what a nice memory. forensic, i'm in love.
.:forensik:.

Tenggelam (?)

Bismillahirrahmanirrahim...

Malam sabtu kemarin, jadwalku jaga. Waktu masih asyik ngerjain visum di kafe kantin sambil ngenet, temenku dapet BBM dari koass bedah di IGD, katanya IPJ nelpon, mau ada otopsi. Hyaaak.

"Mungkin kamu dikerjain, kamu kan ulangtahun. Nelpon aja deh ke IPJ." Kami akhirnya ke kantin samping, minjem telpon buat nelpon IPJ. Hyah, beneran deh ternyataa. Akhirnya kami naroh laptop di IGD, trus meluncur ke bagian terbelakang dari RS. Nggak lama, dr. Sp. KF kami sudah datang, karena nunggu surat otopsi, kami nunggu temen-temen ngumpul semua di ruang koass. Jenazah belum diturunin dari ambulan.

"Jenazah udah turun." Kata temenku, dia datang dari luar, pintu dibuka. Baunya langsung deh, kayak bau septik tank. Itu sekitar jam 12 malam. Kami segera siap-siap peralatan tempur. Rupanya keluarga (lagi-lagi) ngga menghendaki kami melakukan visum dalam (yang berarti harus mengubek-ubek isi jenazah). Beruntung juga sih, karena kami nggak akan lebih lama menghirup H2S dari tubuhnya. Perut dan dada mulai menggembung.

"Paling gampang buang mayat ke sungai." Kata dr kami.

Karena nggak dilakuin visum dalam, kami cuma visum luar. Ada tanda bekas gigi di bibir bagian atas. Tapi kami belajar tanda-tanda tenggelam juga, alhamdulillah. Ada washer woman hand, beberapa bagian juga mulai membusuk. Kalau perut kembungnya ditekan, maka bau gas pembusukan tercium dari mulutnya.

"Nah, yang belum kita dapet tuh luka tusuk!" Kata salah satu temenku yang 'berdoa' dapet korban tenggelam, nggak di aamiin-i sama temen-temen sekelompok. Hahah. Padahal, sebenernya aku yang sempat berharap dapat korban dengan belatung. *smiles*

.:FORENSIK:.

Thursday, October 6, 2011

Otopsi Ketiga

Bismillahirrahmanirrahim...

Pagi itu aku datang pertama, dikasi tahu petugas jaga kalau bakal ada otopsi.
"Lah, dari mana Mas?"
"Cilacap."
"Mana?"
"Tuh, di dalam."
"Kok nggak ada polisi?"

Rupanya otopsi dijadwalkan siang jam 12, 'tamu' itu sudah datang dari kemaren sore. Ditemukan di tengah sawah.

Argh. No name!

Aku buru-buru buat catatan visum. Manggilin anak-anak supaya segera dateng. Sebelumnya kuliah dulu, laporan jaga, abis itu disuruh visum luar. Pake 2 masker, 2 sarung tangan, masker disemprot minyak wangi. Begitu kulkas dibuka, breeeengggg, aha! Kuat, kuat, kuat! Dibukalah plastik kuning yang membungkusnya, 2 bungkus looo. Ehm... belatung bermain di sana. Seluruh isi kepala sudah habis *maap*. Cukup foto-foto, masukkan lagi ke kulkas. Dan setelah itu, bau yang tadi menyengat, masih menempel di baju, terutama bajuku T_T''''

Terus, makan bakso dulu, takut pingsan haha. Akhirnya jam 12 polisi dateng. Setelah shalat, kami langsung siap-siap. Udah pasrah deh, ruangan masih bau. Mau ngebayangin baunya gak? Bayangin aja deh nyium bangkai tikus, itu baru sebagiannya. Sebelumnya aku sama sekali ngga ada niatan buat bersentuhan dengan yang namanya be-la-tung, tapi kemaren, aku maenin tuh benda putih uget-uget. Satu yang kami khawatirkan, belatung itu jatuh ke lantai terus menggerayangi kami.

Setelah visum luar, copot-copot baju, visum dalam. Ada segelas bubuk kopi buat sesekali kami hirup. Adek kelas yang mau PBL disuruh masuk loo, jago mereka, pada ga pake masker, haha. Bedah abdomen. Breenggg. Lebih bau. Ambil sampel lambung, biasa. Jantung udah ga ada. Paru mengkerut. Diliat dari keberadaan molar 3 dan iga yang masih muda, diperkirakan usia 18-25 tahun. Perempuan.

Abis itu kami mandiin. Pake karbol. Guyur-guyur di belatung, trus kafanin. Setelah itu pulang, semua perlengkapan yang berkaitan dengan bau itu aku cuci segera. Huwwaaah.... Pengalaman yang.... sesuatu banget! Alhamdulillah.

Monday, October 3, 2011

Otopsi Kedua

Bismillahirrahmanirrahim...

Pagi ini, waktu masih nongkrong di ruang koass, ada mobil polisi nganter 'seseorang'. Jenazah PRT yang ditemukan meninggal di kamarnya pagi ini.

Pertama kami lakukan visum luar seperti biasa. Ada jejas jeratan yang mendatar dan tidak penuh pada leher. Sembap pada wajah, bendungan darah. Ada tanda kejang karena lidah terjulur dan tergigit. Kuku bersih dan sianosis. Tidak ada tanda-tanda persetubuhan. Pelaku dengan mudah ditangkap, masih 1 rumah. Mulanya nggak akan dilakukan otopsi, tapi untuk memperkirakan waktu kematian, dilakukanlah otopsi, hanya abdomen.

Begitu perut dibuka, lambung dibuka, ada sisa makanan yang masih belum halus benar, masih berupa butir nasi yang dikunyah. Itu menandakan kematian terjadi < 3 jam setelah makan terakhir. Setelah itu lambung ditutup lagi.

Karena pelaku mengaku membenturkan kepala korban, maka kepala dibuka. Di lapisan kulit kepala bagian dalam terdapat bekas benturan.

Abdomen sudah mulai dijahit. Awalnya masih pakai jarum jahit satu pak 20 ribu, tapi diambilin yang harganya 100 rb sama pakpol, wih, langsung lancar jaya. Jahit perut, jahit kepala. Setelah selesai semua, korban kami mandikan. Dibungkus kain kafan. Pertama kalinya memandikan jenazah dewasa...

::forenSIK::

Sunday, October 2, 2011

Satnite at ER

Bismillahirrahmanirrahim...

Aku sih udah ngerasa, malem minggu di IGD pastilah akan ada yang 'berbeda'. Apakah itu? Ramai. Karena banyak orang keluar rumah. Benarkah? Nyatanya sampai maghrib kok masih sepi? Jam-jam kritis menurutku adalah ba'da maghrib. Let's see. Memang jam segitu pasien mulai berdatangan.

Pertama adalah pasien jatuh dari pohon kelapa. Pasien ini sering juga aku temuin. Biasanya fraktur multipel. Dan yang semalam adalah salah satu yang cukup complicated.

Lalu ada pasien dengan luka robek yang luas di daerah kaki. Dia anak SMP, mau ngaji, trus jemput temennya dulu. Katanya, pas mau berangkat udah dilarang sama neneknya, tapi tetep aja berangkat. Yang aku kagum, dia dzikirnya kuat banget. Di saat lidokain sudah disuntikkan berampul2, masih aja kerasa sakitnya, jadi bibirnya nggak berhenti dzikir. Selain itu, karena keluarganya beberapa orang medis, ada juga yang meremehkan dan menekan kami. Aku tahu itu demi kebaikan pasien, tapi kupikir kurang etis juga kalau seperti itu. Sepanjang ini, itu pasien yang keluarga besarnya terpaksa diperbolehkan masuk ke dalam ruang bedah minor, lainnya tidak.

Satu-dua pasien datang. Setelah itu waktu tenang.

Jam setengah 4 ramai-ramai kedengeran dari luar. Sirine polisi pun terdengar. Kecelakaan, dekat situ. Mobil nabrak warung nasi goreng. Kemungkinan para penumpang mobil mabuk. Yang paling parah adalah tukang nasi gorengnya. Datang dengan nafas satu-satu. Sempat diambu, tapi kemudian lolos juga, diambil Sang Kuasa. Nyesek rasanya. Di satu ruang bedah minor itu, ada 3 orang sebagai penyebab kematian seseorang. Begitu kan? Selesai melakukan visum hidup dan mati, sudah.

Ruang minor kali itu benar-benar penuh darah.

::forensik::

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...